Degung Sunda
Degung Sunda
a. Asal Mula Degung
Menurut Entjar Tjarmedi dalam
bukunya Pengajaran Degung, alat musik (instrumen: Sunda) ini berbentuk 6
buah Goong kecil yang biasanya digantung pada sebuah gantungan yang
disebut dengan penyangga. Menurut beliau istilah gamelan Degung diambil
dari nama alat musik tersebut, yang kini lebih dikenal dengan istilah
Jenglong (Tjarmedi, 1974, h. 7).
Ada pendapat lain yaitu dari Atik
Soepandi, dalam tulisannya mengenai Perkembangan Seni Degung Di Jawa
Barat, bahwa gamelan Degung adalah istilah lain dari Goong Renteng,
mengingat banyak persamaan antara lagu-lagu Degung Klasik dengan
lagu-lagu Goong renteng (Soepandi, 1974, h. 74). Perbedaannya adalah
apabila Goong Renteng kebanyakan ditemukan di kalangan masyarakat petani
(rakyat), maka gamelan Degung ditemukan di lingkungan bangsawan
(menak).
b. Istilah Degung
Istilah degung memiliki dua pengertian: pertama, adalah nama seperangkat gamelan yang digunakan oleh masyarakat Sunda, yaitu
13
gamelan-degung.
Gamelan ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan gamelan
pelog-salendro, baik dari jenis instrumennya, lagu-lagunya, teknik
memainkannya, maupun konteks sosialnya; kedua, adalah nama laras (tangga
nada) yang merupakan bagian dari laras salendro berdasarkan teori R.
Machjar Angga Koesoemahdinata. Dalam teori tersebut, laras degung
terdiri dari degung dwiswara (tumbuk nada mi (2) dan la (5)) dan degung
triswara (tumbuk nada da (1), na (3), dan ti (4)). Karena perbedaan
inilah, maka Degung dimaklumi sebagai musik yang khas dan merupakan
identitas masyarakat Sunda.
Dihubungkan dengan kata degung berasal
dari kata ngadeg (berdiri) dan agung (megah) atau pangagung (menak;
bangsawan), yang mengandung pengertian bahwa fungsi kesenian ini
dahulunya digunakan bagi kemegahan (keagungan) martabat bangsawan.
Menurut E. Sutisna, salah seorang nayaga (penabuh) grup Degung
Parahyangan, mengatakan bahwa gamelan Degung dulunya hanya dimiliki oleh
para pangagung (bupati).
2.3.1 Alat Musik Tradisional Degung Sunda
Istilah
waditra khususnya dalam degung dan umumnya dalam Karawitan Sunda adalah
istilah yang digunakan untuk menunjukan alat-alat yang digunakan dalam
kegiatan berkesenian. Istilah dalam musik instrument. (Kubarsah, 2005,
h. 101).
14
1. Bonang
Bonang adalah waditra Jenis alat pukul
ber-penclon, terbuat dari bahan logam perunggu yang dimainkan dengan
cara dipukul menggunakan alat bantu pemukul. Bentuk waditra Bonang
seperti bentuk Goong, namun penclon-nya berukuran lebih kecil.
Bonang
berasal dari kata Bo=bobo atau tidur, Nang= benang. Jika dilihat dari
cara pemasangannya, penclon-penclon Bonang diletakkan diatas rentangan
benang-benang. Pernyataan ini didasarkan pada kenyataan, sebab setiap
penclon Bonang diletakkan seperti tidur terbaring diatas benang-benang.
Demikian kondisi semula, namun pada saat ini benang-benang tersebut
diganti dengan tali-tali yang terbuat dari kain atau plastik.
a. Bahan dan Rancang Bangun Penclon Bonang
Penclon
Bonang yang menjadi sumber bunyi terbuat dari bahan logam perunggu atau
besi. Bonang yang baik terbuat dari logam perunggu. Nama-nama bagian
Bonang sama dengan nama-nama bagian Goong. Ancak Bonang
Ancak atau rurumah Bonang terbuat dari bahan kayu dan benang-benang. Rurumah dibuat
15
sedemikian
rupa sehingga penclon-penclon Bonang dapat ditempatkan dengan baik.
Penclon-penclon diletakkan pada rentangan-rentangan benang.
b.
Nama-nama Bagian Bonang Soko adalah Kayu yang berperan sebagai kaki
penyangga waditra. Benang tali adalah tali-tali sebagai penyangga
penclon. Papalayu adalah bagian muka dan belakang waditra. Pongpok
adalah Ujung pangkalnya ancak. Palipid adalah bilahan kayu diatas
pongpok, sebagai penghalang penclon-penclon.
c. Cara Memainkan
Untuk
memainkan Bonang, dipergunakan alat pemukul yang terbuat dari bahan
kayu yang dibulatkan dan dibungkus oleh kain yang dililit benang-benang.
Kedua alat pukul dipegang tangan sebelah kiri dan sebelah kanan. Alat
pukul di-tabuh-kan pada bagian tengah penclon Bonang, untuk mendapatkan
bunyi yang cepat.
16
d. Struktur dan Fungsi
Banyaknya penclon
pada alat musik Bonang biasanya antara 14 sampai dengan 16 buah, dimulai
dengan nada 1 (da) tertinggi sampai nada 1 (da) terendah sebanyak 3
oktaf. Penclon-penclon ini disusun di atas penyangga, dengan menempatkan
penclon terkecil (nada tertinggi) di ujung sebelah kanan pemain,
berurutan hingga penclon terbesar (nada terendah) di ujung sebelah kiri
pemain. Hal ini disesuaikan dengan urutan nada pada laras (tangga nada)
Degung.
Bonang bertugas sebagai pembawa melodi pokok yang merupakan
induk dari semua alat musik lainnya. Pangkat (intro) lagu Degung dimulai
dari alat musik ini (Kubarsah, 2005, h. 89).
Gambar II.3 Bonang
(Sumber:http:/www.datasunda.org/2011/05/bonang_04.jpg)
2. Jenglong
Jenglong adalah waditra ber-penclon dibuat dari perunggu, kuningan atau besi yang berdiameter antara 30
17
sampai
dengan 40 cm. Dalam suatu ancak atau kakanco terdiri atas 6 buah
kromong. Penclon pada alat musik Jenglong berjumlah 6 buah yang terdiri
dari nada 5 (la) hingga 5 (la) di bawahnya (1 oktaf), dengan wilayah
nada yang lebih rendah dari Bonang. Penclon-penclon ini digantung dengan
tali pada penyangga yang berbentuk tiang gantungan. Jenglong bertugas
sebagai balunganing gending (bass; penyangga lagu) yakni sebagai penegas
melodi Bonang. (Kubarsah, 2005, h. 93).
Gambar II. 4 . Jenglong
(Sumber:http://www.datasunda.org/2011/05/jenglong_02.jpg)
3. Saron
Saron
adalah waditra jenis alat pukul ber-bilah, terdiri 7 atau 14 bilah yang
terbuat dari bahan logam perunggu yang dimainkan dengan cara dipukul,
mempergunakan alat bantu pemukul. Waditra Saron
18
merupakan jenis
waditra yang tergabung dalam perangkat gamelan. Kata Saron merupakan
metatetis (pergantian tempat huruf hidup atau huruf mati) dari kata
Saron yang berarti suara nyaring atau keras (bahasa Jawa Tengah). Saron
adalah waditra-waditra yang bersuara nyaring atau keras.
a. Memukul
bilah Saron Untuk membunyikan nada-nada Saron di pergunakan alat pemukul
yang di sebut Panakol Saron. Panakol Saron terbuat dari bahan kayu yang
bentuknya hampir menyerupai palu. Panakol Saron di pergunakan oleh
tangan sebelah kanan.
b. Menengkep (menekan bilah nada)
Menengkep
yaitu menekan bilah-bilah Saron, agar bilah nada yang di pukul tidak
terlalu lama bergetar. Menekan bilah Saron dilakukan jari tengah sebelah
kiri.
c. Struktur dan Fungsi
Jumlah wilahan pada cecempres adalah
14 buah, disusun di atas penyangga yang dimulai dari nada 2 (mi)
tertinggi di ujung sebelah kanan pemain hingga nada 5 (la) terendah di
ujung sebelah kiri pemain.
19
Cecempres bertugas sebagai rithem
(patokan nada) yang menegaskan melodi Bonang, yang dipukul dengan pola
yang konstan. Jumlah wilahan pada peking adalah sama dengan cecempres,
namun nada-nada peking memiliki ambitus (wilayah nada) yang lebih tinggi
dari cecempres (biasanya antara sakempyung: kira-kira 1 kwint hingga
saoktaf: kira-kira 1 oktaf). Tugas peking agak berbeda dari cecempres,
yakni sebagai pengiring melodi. Apabila Jenglong dan cecempres dipukul
tandak (konstan menurut ketukan), maka peking terkesan lebih
berimprovisasi. Peking biasa disebut sebagai pamanis lagu (Kubarsah,
2005, h. 85).
Gambar II. 5 Saron
(Sumber:Pribadi)
4. Suling
Suling
adalah waditra jenis alat tiup yang terbuat dari bahan bambu berlubang
(4,5 dan 6), yang dimainkan dengan cara ditiup. Suling dipergunakan
20
untuk membawakan melodi lagu, baik untuk mengiringi vokal (Tembang dan Kawih) maupun untuk dimainkan sendiri.
a. Bahan dan Rancang Bangun
Bahan
yang baik untuk Suling adalah bambu tamiang yang telah berumur tua.
Untuk memilih bahan Suling yang baik (cara tradisional), yaitu bambu
yang telah tua umurnya direndam disungai selama satu minggu, kemudian
disimpan ditempat yang panas. Bahan yang tidak pecah dinyatakan baik dan
terpilih selanjutnya dipotong menurut ukuran yang diperlukan. Misalnya
untuk Suling tembang sunda cianjuran antara 60-68 cm, kemudian dibuat
lubang tiup dan yang terakhir membuat lubang nada.
b. Cara meniup Suling
Secara
garis besar cara meniup Suling ada 3 macam yaitu, Tiupan lembut untuk
membunyikan nada-nada rendah. Tiupan sedang untuk membunyikan nada-nada
sedang. Tiupan keras untuk membunyikan nada-nada tinggi.
21
c. Menutup Lubang
Untuk
Suling lubang enam, diperlukan enam buah jari yaitu 3 jari tangan kiri
tempatkan dibagian lubang Suling atas, dan tiga jari tangan kanan
ditempatkan dibagian lubang suara bawah. Ketiga jari baik tangan kanan
maupun kiri itu adalah, telunjuk, jari tengah dan jari manis. Keenam
jari dipergunakan membuka dan menutup seluruh lubang suara Suling.
d.
Nama-nama bagian Suling Sirah adalah kepala Suling. Sumber adalah ikat
kepala yang menutup dan membentuk lubang tiup. Awak adalah batang
Suling. Liang Sora adalah Lubang-lubang nada yang ditutupi jari. Congo
adalah ujung batang Suling (Kubarsah, 2005, h. 38).
Gambar II. 6 Suling
(Sumber:Pribadi)
22
5. Kendang
Kendang
adalah waditra jenis alat tepuk terbuat dari kulit, yang dimainkan
dengan cara ditepuk. Fungsinya sebagai pengatur irama lagu. Kendang
merupakan waditra yang tergabung dalam perangkat gamelan.
Kendang
biasa disebut Gendang, asal kata dari Ke dan Ndang (artinya Cepat) dalam
bahasa Jawa. Pernyataan ini sesuai dengan fungsi waditra Kendang yaitu
untuk mempercepat dan memperlambat irama. (kecuali dalam Gamelan
Degung).
Berdasarkan ukuran bentuk terdapat 3 jenis waditra Kendang Sunda, antara lain:
1. Kendang Gede atau besar, dipergunakan dalam Kendang Penca sebagai iringan Pencak Silat.
2. Kendang Gending atau sedang, Kendang yang biasa dipergunakan dalam Wayangan, Kacapian dan lain-lain.
3.
Kulanter adalah Kendang yang berukuran kecil. Kendang ini berperan
untuk menambah variasi tabuhan Kendang sedang, sebab pemakaiannya tidak
terlepas dari Kendang sedang.
a. Bahan dan Rancang Bangun Badan Kendang sebagai resonator terbuat dari bahan kayu yang dinamakan Kuluwung.
23
Bem
Kendang adalah bagian lubang besar yang ditutupi lembar kulit yang
terletak dibagian bawah sedangkan bidang berkulit kecil disebut Kempyang
terletak dibagian atas Kendang. Wangkis adalah selaput kulit jangat
binatang, penutup lubang kuluwung sebagai sumber bunyi. Rarawat adalah
tali dari bahan baku rotan atau kulit jangat, sebagai alat untuk
menegangkan wangkis. Pemasangan rarawat sangat khas rupa hingga disebut
siki bonteng atau Wijen. Tali Rawir adalah tali dari bahan rotan atau
kulit jangat untuk menutup bibir wangkis. Wengku adalah lingkaran rotan
atau bambu yang dipasang dibagian ujung pangkal Kendang untuk menggulung
wangkis. Anting-anting terbuat dari bahan logam (besi atau perunggu)
berbentuk cincin untuk mengaitkan Tali Kendang. Nawa adalah lubang udara
pada bagian badan Kendang, tempat keluarnya udara. Rehal adalah standar
Kendang (ancak). Simpay adalah cincin dari kulit jangat untuk
mengendurkan dan menegangkan tali rarawat.
24
b. Cara Memainkan
Meletakkan
waditra Kendang besar, dengan cara dibaringkan diatas rehal. Kendang
kecil diletakkan di samping kiri dan kanan Kendang besar. Pada dasarnya
cara memainkan Kendang yaitu dengan cara ditepuk kedua telapak tangan.
Telapak tangan sebelah kiri berfungsi untuk menepuk bagian Bem, sedang
telapak tangan kanan menepuk bagian kempyang.
Suara-suara Kendang
dibunyikan dengan cara: Bagian Bem Kendang ditekan tungkai kaki, untuk
menghasilkan macam-macam variasi suara. Teknik pukulannya dilakukan
dengan telapak tangan dan alat pemukul Kendang (Kubarsah, 2005, h. 72).
Gambar II. 7 Kendang
(Sumber:Pribadi)
6. Goong
Goong
adalah waditra jenis alat pukul ber-penclon, terbuat dari bahan logam
perunggu. Dibunyikan dengan cara dipukul oleh alat bantu pemukul dang
menghasilkan
25
suara yang paling besar (rendah). Bunyi Goong berfungsi sebagai penutup setiap akhir kalimat lagu.
Kata
Goong merupakan peniruan dari bunyi atau suara waditra-nya yang setiap
dipukul berbunyi “Gong”. Goong mempunyai ukuran bentuk paling besar,
jika dibandingkan dengan waditra ber-penclon lainnya, seperti Bonang,
kenong, Jenglong, dan lain-lain.
a. Bahan dan Rancang Bangun
Goong Gantung terdiri dari Goong dan penggantungannya yang disebut kakanco.
Goong berbentuk bulat pipih, ber-penclon, yang terbuat dari perunggu. Ukuran diameter antara 90 cm s/d 105 cm.
b. Nama-nama Bagian Goong terdiri dari: Penclon
Penclon adalah kepala Goong yang terdapat ditengah-tengah (merupakan titik pusat lingkaran). Raray
Raray adalah merupakan muka Goong. Manis Raray
Adalah bagian yang memberi keindahan pada Goong yaitu yang mengelilingi raray.
26
Taktak
Bagian yang mengelilingi manis raray, sebagai penguat badan. Awak
Badan Goong yang berukuran tinggi antara 8-12 cm. Lalambe
Bibir Goong yang terletak dibagian bawah.
c. Cara Memainkan
Goong
Gantung dipukul dengan alat talu, dipukulnya kearah pinggir, alat
pemukul Goong berbentuk bulat pada bagian kepalanya, dibungkus oleh kain
setelah ada benda empuk didalamnya. Alat tersebut digenggam oleh tangan
kanan. Setelah itu dipukulkan kepada penclon Goong tersebut. Untuk
memendekkan suara agar tidak terlalu panjang, maka tangan kiri
dipergunakan untuk menahan (nangkep) bagian belakang, tepatnya
penengkepan suara dilakukan oleh tangan kiri yang menekan bagian
belakang penclon.
d. Struktur dan Fungsi
Goong yang terdiri dari 2
buah penclon, yakni kempul (Goong kecil) dan Goong (Goong besar)
digantung dengan tali secara berhadapan pada penyangga. Kempul berada di
sebelah kiri pemain,
27
sementara Goong di sebelah kanan pemain. Ambitus nada Goong sangat rendah,
Bertugas sebagai pengatur wiletan (birama) atau sebagai tanda akhir periode melodi dan penutup kalimat lagu.
Seperti
halnya peking, waditra Kendang dan Suling juga merupakan tambahan. Pada
awalnya Kendang tidak dimainkan seperti pada lagu-lagu ber-laras
pelog/salendro, tetapi hanya sebagai penjaga ketukan saja seperti pada
orkestra Barat. Namun permainan Kendang pada lagu-lagu Degung sekarang
lebih variatif. Begitupun dalam permainan Suling. Walaupun dengan timbre
(warna suara) yang berbeda, namun kedudukannya sama seperti vocal
(Kubarsah, 2005, h. 94).
Gambar II. 8 Goong
(Sumber:http://yudhipri.files.wordpress.com/2010/06/gong_ageng.jpg)
28
2.4 Target Audience
Target
audience adalah gabungan dari target market (orang-orang yang
membutuhkan, memanfaatkan serta mampu membeli produk tersebut) dan ruang
lingkup yang mempengaruhi target market baik secara langsung maupun
tidak langsung. Berikut adalah penjelasan karakter target audience dari
segi demografis, psikogafis, dan geografis.
1. Geografis
Secara
geografis, target audience buku alat musik tradisional Degung Sunda
adalah masyarakat yang tinggal di Bandung pada khususnya untuk
mengetahui seputar informasi alat musik tradisional Degung Sunda yang
berkembang di Bandung.
2. Demografis
Target audience dari buku alat musik tradisional Degung Sunda ini secara demografis adalah sebagai berikut :
Usia : 9-12 tahun
Pendidikan : Sekolah Dasar
Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan
Target audience dari buku alat musik tradisional Degung Sunda adalah anak-anak usia 9 tahun sampai 12 tahun
3. Psikografis
Buku
pengenalan alat musik tradisional Degung Sunda ini merupakan golongan
menengah keatas yang memiliki ketertarikan terhadap alat musik
tradisional Degung Sunda.