Kamis, 02 Oktober 2014

kebudayaan sunda

Kebudayaan sunda sudah ada sejak abad sebelum masehi, menurut penelitian arkeologis di dataran sunda telah bermukim kelompok masyarakat yang memiliki sistem kepercayaan, mata pencaharian dan organisasi sosial. Secara fisik sulit membedakan anatara orang sukusunda dengan orang suku jawa, karena mereka notabene bermukim di pulau jawa. Perbedaan jelas terlihat pada bahasanya. Salah satu kebudayaan suku sunda adalah bahasa sunda yang di ciptakan dan di gunakan orang sunda dalam rutinitas keseharian hidup mereka. Bukti tertulis bahasa sunda berasal dari prasasti dari abad ke 14M yang di temukan di kawali, ciamis jawa barat. Bahasa sunda banyak sekali dipengaruhi struktur bahasa sansekerta dari india. Berkaitan dengan makalah ini, saya akan membahas lebih dalam lagi soal mengenai budaya sunda. Seperti yang sudah dikatakan di atas bahwa sunda adalah budaya tertua di jawa barat. Dahulunya sunda di bagi dalam dua wilayah yakni sunda besar dan sunda kecil, sunda besar meliputi sumatera, kalimantan, jawa, dan madura. Sementara sunda kecil meliputi bali, lombok, sumbawa, sumba, flores dan timor. Terbukti dengan adanya prasasti yang di tinggalkan pada masa jauh sebelum datangnya penjajah ke indonesia, kebudayaan sunda bukan hanya dari segi kesenian, struktur bangunan, produk, atau yang lainnya. Sunda pula memiliki kebudayaan yang lain dari pada yang lain. Yakni bahasa sunda, bahasa sunda adalah bahasa daerah paling tua di indonesia, pada awalnya bahasa sunda di gunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sunda, baik sunda besar ataupun sunda kecil namun saat ini seiring beriringnya waktu budaya sunda itupun mulai terkikis oleh zaman. Misalnya bahasa sampurasun, sudah tidak banyak lagi dipakai oleh orang sunda meskipun bahasa itu juga di pakai oleh orang jawa. Budaya lain dari sunda yang terkenal adalah nyanyiannya, seperti bubuy bulan, manuk dadali, dan lain sebagainya. Budaya dari segi arsitektur Sunda juga dikenal dengan arsitekturnya yang indah seperti masjid agung banten Masjid Agung Banten adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai sejarah. Setiap harinya masjid ini ramai dikunjungi para peziarah yang datang tidak hanya dari Banten dan Jawa Barat, tapi juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Masjid Agung Banten terletak di Desa Banten Lama, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama dari Kesultanan Banten. Ia adalah putra pertama dari Sunan Gunung Jati. Menara yang menjadi ciri khas Masjid Banten terletak di sebelah timur masjid. Menara ini terbuat dari batu bata dengan ketinggian kurang lebih 24 meter, diameter bagian bawahnya kurang lebih 10 meter. Untuk mencapai ujung menara, ada 83 buah anak tangga yang harus ditapaki dan melewati lorong yang hanya dapat dilewati oleh satu orang. Pemandangan di sekitar masjid dan perairan lepas pantai dapat terlihat di atas menara, karena jarak antara menara dengan laut yang hanya sekitar 1,5 km. Dahulu, selain digunakan sebagai tempat mengumandangkan adzan, menara yang juga dibuat oleh Hendick Lucasz Cardeel ini digunakan sebagai tempat menyimpan senjata. Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda China yang juga merupakan karya arsitek Cina yang bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama. Atap yang berundak-undak ini mencirikan bahwa pada masa lalu budaya sunda dan budaya china kental sekali hubungannya, atap ini juga mencirikan bahwa mereka mengagungkan tuhan di atas segalanya seperti hal-nya sturktur bangunan budha dan hindu. Di masjid ini juga terdapat kompleks pemakaman sultan-sultan Banten serta keluarganya. Yaitu makam Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar. Sementara di sisi utara serambi selatan terdapat makam Sultan Maulana Muhammad dan Sultan Zainul Abidin, dan lainnya. Masjid Agung Banten juga memiliki paviliun tambahan yang terletak di sisi selatan bangunan inti Masjid ini. Paviliun dua lantai ini dinamakan Tiyamah. Berbentuk persegi panjang dengan gaya arsitektur Belanda kuno, bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Hendick Lucasz Cardeel. Biasanya, acara-acara seperti rapat dan kajian Islami dilakukan di sini. Sekarang bangunan ini digunakan sebagai tempat menyimpan barang-barang pusaka. Masjid agung demak pada awalnya dan sampai sekarang masih sama bangunanya. Tidak mewah karena memang mengutamakan aspek kesederhanaan hidup sama seperti aspek estetika ketimuran. Keterkaitan dengan budaya sunda adalah, orang sunda merupakan suku yang paling ramah di pulau jawa terhadap pendatang. Merka pasti menyambut baik para pendatang. Maskid banten pun sama, mereka ramah dan konsisten terhadap perkembangan budaya luar yang sudah mengadaptasi struktur bangunan eropa. Budaya dari segi permainan Masyarakat sunda terbilang kreatif dalam hal permainan anak-anak, seperti ucing sumput, sorodot gaplok, tatarucingan, ngadu buncang, bebentengan, egrang dll. Kesemua permainan itu muncu dari hasil kebudayaan sunda yang kental sampai saat ini, meskipun sudah banyak terkikis oleh era modern.
Categories:

2 komentar: